[Review Novel] Seribu Tahun Cahaya – Lia Heliana

id_gpu2015mth08stca_b

Judul : Seribu Tahun Cahaya

Penulis : Lia Herlina

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ukuran : 13,5 x 20 cm

Tebal : 194 halaman

ISBN : 978-602-03-1825-7

 

Kisah ini dimulai ketika Zee, Kapten Chou, Mike, Chaled, Argen, Yosha, berkelana menuju luar angkasa. Mereka dikirim oleh pihak swasta Dimensi One. Ternyata perjalanan mereka tak semulus yang dibayangkan. Selepas beberapa saat dari lepas landas. Sisitem kendali tidak berfungsi, peralatan komunikasi tidak bisa digunakan. Zee dan yang lainnya terdampar pada ruang hampa tanpa pertolongan. Mereka harus menolong diri mereka sendiri agar selamat. Beberapa rahasia terungkap dan membuat konflik di novel ini meningkat. Sementara konflik meningkat, oksigen akan selalu berkurang setiap waktu. Mereka harus menyelamatkan diri sesegera mungkin. Di tengah carut marut itu adanya kapsul mini yang hanya bisa menampung satu penumpang menjadi oase di tengah harapan kosong mereka. Namun itu memunculkan konflik tentang siapa yang pantas yang dapat kembali ke bumi. Ketika kesepakatan tentang siapa yang naik kapsul mini itu terjadi, pembaca diarahkan pada dua alur yang berbeda. Pembaca dapat memilih salah satu. Pilihan itu menghasilkan ending dan konflik yang berbeda pula. Sehingga di dalam novel ini memiliki dua ending yang sama-sama menarik.

Penulis sepertinya menganut paham ductile ut utile, indah dan mendidik. Banyak hal yang berusaha disampaikan penulis mengenai agama(islam khususnya), melalui dialog tokoh utama, atau melalui narasi. Namun kadang hal tersebut terlalu lugas dan seperti berceramah. Beberapa pembaca mungkin cocok dengan gaya bertutur yang seperti itu, tapi saya kurang menyukainya. Saya merasa pesan-pesan bisa disampaikan lewat cerita, bukan lewat kata atau kalimat-kalimat.

Yang sedikit mengganggu ada typo di halaman 96. Di awal disebutkan bahwa mereka melaju ke masa depan ke waktu 130 tahun ke depan. beberapa baris di bawah kalimat tersebut tertulis melaju 30 tahun ke masa depan. Saya merasa bingung, bagian mana yang benar. Sampai pada 135 keraguan itu terjawab. Bahwa yang benar adalah mereka melaju ke 130 tahun ke depan.

Satu lagi. Saya merasa Zee terlalu feminim sebagai panggilan lelaki bagi pemuda Indonesia. Terlebih karakter Zee di novel ini seperti wanita menurut saya, mungkin itu karena penulisnya seorang wanita.

2 thoughts on “[Review Novel] Seribu Tahun Cahaya – Lia Heliana

  1. Terimakasih reviewnya mas Andi, tapi Nama saya lia Heliana, bukan herliana itu nama teman saya penulis buku anak. Salam

Leave a comment